sTaNdaR

seekor anjing dan seekor belalang bertemu di sebuah taman dengan pagar yang tinggi. saat melihat anjing yang duduk di depan pintu taman tersebut, si belalang menyapanya.
"siapa kamu dan apa yang kamu lakukan disini?"
"aku adalah anjing penjaga taman ini, dan aku adalah anjing terbaik di desa ini yang dipilih oleh tuanku untuk menjaga taman ini" sahut si anjing.
"ah, kamu bukan yang terbaik, saya mampu mengalahkan kamu. bagaimana kalo kita bertanding" jawab si belalang berang.
"baiklah" jawab si anjing.
"di depan sana ada pagar yang tinggi. mari kita bertanding. siapakah yang bisa melompati pagar tersebut"
kemudian si anjing melompat tinggi dan berhasil melewati pagar tersebut. giliran si belalang, ternyata lompatannya hanya mampu mencapai 3/4 tinggi pagar tersebut.
"hahaha, aku menang, kamu sudah kalah" tawa si anjing.
"belum" jawab si belalang. "tantangan pertama kamu yang menentukan. berani kamu sekarang, jika saya yang menentukan tantangan kedua"
"sederhana saja, kita melompat di tempat dan menentukan siapa yang memiliki lompatan tertinggi. tetapi diukur dari lompatan yang dilakukan tersebut berapa kali tinggi badannya"
baiklah" sahut si anjing. kemudian dia pun melompat. sungguh menakjubkan karena dia mampu melompat setinggi empat kali tinggi badannya.
kemudian si belalang pun melompat. lompatannya hanya setengah dari lompatan di anjing, tetapi ketinggiannya mencapai 40 kali tinggi badannya. dan belalang pun memenangkan perlombaan kedua.
si anjing pun menghampiri belalang dengan rasa kagum, "Hebat, kamu menjadi pemenang. score kita sama. jadi kita harus mengadakan lomba ketiga"
"tidak perlu! karena pada dasarnya pemenang dari setiap perlombaan yang kita adakan adalah mereka yang menentukan standar perlombaannya. pada saat lomba pertama kamu yang menentukan standar dan kamu pemenangnya. pada saat perlombaan kedua saya yang menentukan standarnya dan saya pemenangnya. hakikatnya adalah baik saya maupun kamu memiliki standar yang untuk berhasil yang berbeda, masalahnya kita sadar atau tidak bahwa kita memiliki potensi untuk melakukan yang terbaik

(saduran dari buku Setengah isi, Setengah kosong)

sungguh sebuah kisah yang menarik.
dalam beberapa hal tiap orang punya standar sendiri. standar yang dipakai dalam mengarungi kehidupan. sadar atau tidak, kadang standar itu menjadi frame dalam kehidupan kita. misalnya nie... standar cantik menurut iklan kecantikan itu adalah, putih, bebas jerawat, tidak ada kerutan di mata. begitu pula iklan shampoo mengatakan rambut indah itu lurus, hitam, tidak kusam dan mudah diatur. efeknya, tiap orang berbondong-bondong untuk memenuhi standar tersebut.
manusia, tidak akan pernah lepas dari "standar" hidup. seorang yang beriman pasti menjadikan standar agama sebagai acuannya. si materialis akan menjadikan materi sebagai standar hidupnya.
masalahnya jika ada standar umum, seperti agama, yang ditafsirkan berbeda oleh tiap orang. mungkin karena khalakah yang berbeda, membaca dari buku yang berbeda, atau bahkan penafsiran yang berbeda. perbedaan itu kemudian dibenturkan dan hasilnya adalah chaos. benturan!!!!
ini hanya pendapat saya...
"memaknai perbedaan tidak berarti harus membenturkannya atau bahkan memaksakan kepada orang lain. adalah lebih bijak jika kita memjadikan komunikasi sebagai jembatan menuju pada satu pemahaman"
so.... kata orang Jerman, diam itu emas. tapi bagi saya... diam tidak akan menyelesaikan masalah. apalagi kalo mendiamkannya.

kita memang beda, tapi ada yang bisa menyatukan kita, bahasa komunikasi.
tentu... dalam batasan syar'i ( yang mungkin kita tafsirkan berbeda)

kita memiliki potensi untuk saling memberi yang terbaik, masalahnya... apa kita mengijinkan orang lain melakukan yang terbaik dan tidak mengebiri potensinya.

0 comments: